Sunday 3 April 2016

Budaya Organisasi


Pendidikan memiliki tujuan untuk memberikan hasil pemahaman bersama di kalangan masyarakat mengenai suatu ilmu yang bermakna dan tepat untuk dikembangkan yang berasal dari sebuah permasalahan yang muncul dari beragam fenomena.Dalam ruang lingkupnya organisasi berbentuk lembaga pendidikan memiliki peranan dalam proses pengembangan pendidikan. Hal tersebut dapat terjadi bila suatu lembaga memiliki organisasi yang dapat meneruskan dan mengembangkan lembaganya, beberapa aspek dalam organisasi yang ada di dalam lembaga tersebut dapat diterima dan akan menjadi sangat jelas untuk menggambarkan proses pengembangan pendidikan. Dalam organisasi memiliki berbagai macam perilaku yang dapat diterima bagi anggotanya yang selanjutnya akan menjadi acuan dalam proses pengembangan organisasi tersebut dalam proses pengembangan pendidikan. Dengan demikian, memahami apa yang dimaksud dengan budaya organisasi dapat dilihat dari bagaimana tipologinya, apa saja fungsinya dan bagaimana budaya organisasi dapat diciptakan dan dipertahankan agar dapat meningkatkan kualitas atau kemampuan manusia untuk memahami berbagai perilaku yang muncul dari setiap individu pada proses aktivitas yang berlangsung secara profesional. 
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, budaya (culture) diartikan sebagai pikiran, adat istiadat, sesuatu yang sudah berkembang, sesuatu yang menjadi kebiasaan yang sukar diubah (Depdikbud, 1991:149). Dalam hal ini masyarakat sering kali mensinonimkan pengertian budaya dengan tradisi. Menurut Schein (2016) budaya organisasi sebagai suatu pola dari asumsi-asumsi dasar yang ditemukan, diciptakan, atau dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu dengan maksud agar organisasi belajar mengatasi atau menanggulangi masalah-masalah yang timbul akibat adaptasi eksternal dan integrasi internal yang sudah berjalan dengan cukup baik, sehingga perlu di ajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang benar untuk memahami, memikirkan dan merasakan berkenaan dengan masalah kepercayaan dan kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling berinteraksi dengan struktur sistem formalnya untuk menghasilkan norma-norma perilaku organisasi. Lalu Peter F Drucker (2016) menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan pokok penyelesaian masalah-masalah eksternal dan internal yang pelaksanaannya dilakukan secara konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian mewariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan dan merasakan terhadap masalah-masalah terkait. Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa budaya organisasi merupakan gambaran awal atau dasar yang diterima oleh suatu organisasi untuk melakukan tindakan serta memecahkan masalah yang muncul dari berbagai fenomena dan membentuk anggota yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan dapat mempersatukan antara anggota atau individu satu dengan yang lainnya.
Sebuah budaya organisasi terbentuk dari para anggota yang ada di dalam organisasi dengan mengacu pada etika dan sistem nilai yang berkembang dalam organisasi, dan pemberian hak kepada anggota dan pimpinan, dan dipengaruhi oleh struktur yang berlaku dalam organisasi itu sendiri. Budaya organisasi juga sering di pahami sebagai ilmu yang menuntun kebijaksanaan organisasi terhadap anggota dan orang lain. Menurut Bedford (1992:67) Budaya organisasi mengacu pada sekumpulan keyakinan bersama, sikap dan tata hubungan serta asumsi yang secara eksplisit atau implicit diterima dan digunakan oleh keseluruhan anggota organiasasi untuk menghadapi lingkungan luar dalam mencapai tujuan organisasi. Dalam hal ini budaya organisasi mempunyai pengaruh penting terhadap motivasi.
Robbins (1996:289) budaya organisasi memiliki karakteristik primer yang mencerminkan hakikat budaya suatu organisasi, yaitu sebagai berikut.
1. Inovasi dan pengambilan resiko.
Sejauh mana para anggota didorong untuk inovatif dan mengambil resiko.
2. Perhatian ke rincian
Sejauh mana para anggota diharapkan memperlihatkan presisi (kecermatan), analisis, dan perhatian kepada rincian dalam kerjanya.
3. Orientasi hasil
Sejauh mana pengelolaan memfokuskan pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil itu.
4. Orientasi orang
Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang-orang di dalam organisasi itu.
5. Orientasi tim
Sejauh mana kegiatan kerja di organisasikan sekitar tim-tim, bukannya individu-individu.
6. Keagresifan
Sejauh mana orang-orang itu agresif dan kompetitif dan bukannya santai.
7. Kemantapan
Sejauh mana kegiatan organisasi menekankan diperhatikannya status quo kontras dari pertumbuhan.

Dalam hal ini setiap karakteristik ini berlangsung pada kontinum dari rendah ke tinggi. Maka dari itu dengan menilai organisasi itu berdasarkan tujuan karakteristik ini, akan diperoleh gambaran majemuk dari budaya organisasi itu sendiri. Gambaran ini menjadi dasar untuk pemahaman bersama yang dimiliki para anggora mengenai organisasi itu, bagaimana urusan diselesaikan di dalamnya, dan perilaku apa yang shearusnya dilakukan oleh para anggotanya (Ndraha, 1997:4).
Jefferey SOnnenfeld dari univeritas Emory (dalam buku Manajemen Pendidikan, Kompri, 2015, 18-19) telah mengembakan suatu bagan label yang dapat membantu manusia melihat perbedaan antara budaya-budaya dengan organisasi dan manfaatnya mempelajari tingkah laku orang-orang pada budaya itu secara tepat. Dari telaah organisasinya, ia telah mengenali empat tipe budaya berdasarkan bentuknya, yaitu akademi, kelab, tim basebol, dan benteng.
1. Akademi
Bentuk organisasi sebagai suatu tempat untuk proses yang belajar (study) yang ingin menguasai benar-benar tiap pekerjaan yang baru diterimanya. Organisasi ini memberikan anggotanya banyak pelatihan istimewa, memadukan dengan seksama dalam tim kerja, mengemudikan mereka melewati ribuan pekerjaan terkhusus di dalam suatu fungsi tertentu. Budaya ini dikembangkan terutama pada organisasi-organisasi professional seperti IBM.
2. Kelab
Bentuk organisasi yang menaruh bingkai tinggi pada kecocokan dalam sistem, kesetiaan dan pada komitmen. Senioritas merupakan kunci dari kelab=kelab. Usia dan pengalaman diperhitungkan. Perbedaannya dengan akademi, kelab menumbuhkan manajer sebagai generalis. LPI lebih banyak mengembangkan tipe kelab ini.
3. Tim Baseball
Organisasi ini berorientasi pada terjalinnya kerja sama bagi para pengambil resiko dan innovator. Tim baseball mencari orang-orang yang berbakan dari segala usia dan pengalaman, kemudian menempatkan mereka pada posisi yang dibutuhkan karena mereka menawarkan insentif substansial yang sanagat besar bagi mereka yang sangat berprestasi, loncaran pekerjaan di antara organisasi-organisasi ini merupakan makanan biasa. Organisasi yang cocok dengan gambaran tujuan stabil ini biasa didapat dalam bidang akutansi, hukum, penarikan investasi dan konsultasi. Inilah yang menjadi pembangkit motivasi dalam LPI, misalnya melalui pengiriman studi ke luar negeri bagi mahasiswa atau dosen yang berprestasi, menaikan jabatan bagi civitas yang berprestasi dan sebagainya.
4. Benteng
Sementara tim baseball menghargai keinsentifan, benteng sibuk dengan upaya bertahan hidup (survival). Banyak yang dulunya akademi, kelab atau tim baseball tetapi terperosok kedalam masa-masa sulit dan sekarang berupaya mengembalikan nasibnya yang merosot. Benteng tidak  banyak menawarkan keamanan pekerjaan, namun organisasi semacam ini menjadi tempat yang mengasyikkan bagi mereka yang pro status quo.

Selanjutnya berdasarkan sifatnya, budaya organisasi dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Budaya Kuat. 
Dalam suatu budaya kuat nilai inti organisasi itu dipegang secara intensif dan dianut bersama secara meluas. Makin banyak anggota yang menerima nilai-nilai dan makin besar komitmen mereka pada nilai-nilai itu, makin kuat budaya tersebut. Konsisten dengan definisi ini, suatu budaya kuat akan mempunyai pengaruh yang besar pula pada perilaku anggora-anggotanya karena tingginya tingkat kebersamaan (sharedness) dan intensitas menciptakan suatu iklim internal dari kendali perilaku yang tinggi.
2. Budaya Lemah
Kebalikan dari budaya kuat, dalam budaya lemah tingkat konsistensi anggotanya tidak lagi kuat dan jangkauan budaya yang telah disepakati tidak lagi luas mencakup seluruh anggota-anggotanya. Dalam kondisi ini mudah diramalkan (predictability) bahwa tujuan yang hendak dicapai melalui tradisi yang telah disepakati akan sulit terwujud Robbins (1996:290-291).

dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa setiap karakteristik dan sifat yang ada dalam budaya organisasi dapat berpengaruh kepada kemampuan suatu organisasi dalam melakukan proses pengembangan dan perkembangannya.

Saturday 2 April 2016

Hakikat Budaya


Dalam pendidikan, pengembangan pendidikan serta perkembangannya pasti tidak akan lepas dari hakikatnya. Pendidikan merupakan sebuah unsur yang tergabung dari berbagai fenomena salah satunya adalah budaya. Budaya ini berasal dari bahasa sanskerta yang merupakan bentuk jamak dari budi, yang artinya akat atau segala sesuatu yang berhubungan dengan pikiran manusia. Dalam hal ini definisi budaya banyak di artikan menurut beberapa ahli yaitu sebagai berikut.
1. Komariah dan Triatna (2005:96) berpendapat bahwa budaya atau kultur disini dapat diartikan sebagai segala tindakan manusia untuk mengolah atau mengerjakan sesuatu.
2. Koetjaraningrat (1990:180) memberikan definisi budaya sebagai sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
3. Edgar (1999:102) menyatakan dalam terminologi disiplin kajian budaya (cultural studies) menyajikan bentuk kritis atas definisi budaya yang mengarah pada The complex everyday world we all encounter and through which all move.
4. Williams (2016) mendefinisikan konsep budaya menggunakan pendekatan unversal, yaitu konsep buaya mengacu pada makna-makna bersama. Makna ini terpusat pada makna sehari-hari seperti nilai, benda-benda, dan norma.
5. Barker (2005:50-55) mengungkapkan bahwa kebudayaan adalah pengalaman dalam hidup sehari-hari seperti berbagai teks, praktik, dan makna semua orang dalam menjalani hidup mereka.
6. Vijay Sathe (2016) menyatakan bahwa budaya adlaah seperangkat asumsi penting yang dimiliki bersama anggota masyarakat.
7. Louis Pondy (2016) budaya dapat diartikan sebagai serangkaian pemahaman atau pengertian yang diberikan oleh kelompok orang bagi dirinya sendiri.
8. Raymond Williams (dalam Storey, 2009:1-2) kata budaya atau culture itu adalah satu di antara tiga kata yang paling sulit untuk didefinisikan di dalam bahawa inggris. Dia menyarankan tiga pengertian yang dapat digunakan untuk mengerti apa yang dimaksud dengan budaya. yaitu sebagai berikut.
    a. A general process of intellectual, spiritual, and aesthetic development (sebuah proses umum dari kecerdasan, spiritual, dan pengembangan estetika).
     b. A particular way of life, whether of a people, a period or a group (cara hidup yang khusus baik dari seseorang manusia, suatu periode, atau periode suatu kelompok).
      c. Refer to a works and practices of intellectual and especially artistic activity (mengacu kepada karya-karya atau praktik-praktik kecerdasan dan khususnya kegiatan-kegiatan yang bersifat seni).

Budaya juga memiliki ciri yang memperlihatkan adanya nilai-nilai yang dipersepsikan, dirasakan, dan dilakukan. Hal ini dikukuhkan oleh pendapat Tsamara (dalam Kompri, 2015, 3) yang menyatakan tentang kandungan utama yang menjadi esensi budaya, yaitu.
1. Budaya berkaitan dnegan persepsi terhadap nilai dan lingkungannya yang melahirkan makna dan pandangan hidup yang mempengaruhi sikap dan tingkah laku (the total way of life a people).
2. Adanya pola nilai, sikap, tingkah laku (termasuk bahasa). hasil karsa dan karya, termasuk segala instrumennya, sistem kerja, dan teknologi (a way thinking, feeling, and believing).
3. Budaya merupakan hasil pengalaman hidup, kebiasaan-kebiasaan, serta proses seleksi (menerima atau menolak) norma-norma yang ada dalam cara dirinya berinteraksi sosial atau menempatkan dirinya di tengah-tengah lingkungan tertentu.
4. Dalam proses budaya terdapat saling mempengaruhi dan saling ketergantungan (interdepedensi), baik sosial maupun lingkungan non sosial.

Dalam uraian di atas kita bisa simpulkan bahwa kajian tentang budaya dapat terlihat lebih fokus kepada beberapa aspek  budaya non materi seperti nilai-nilai, norma-norma, simbol dan bahasa suatu budaya. Oleh karena itu tinjauan dari aspek tersebut akan lebih membuat manusia untuk paham tentang apa itu budaya. Bagaimana suatu budaya terbentuk, dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan seberapa penting budaya di setiap hal yang implementasikan.

Friday 1 April 2016

Manajemen Peserta Didik



Peserta didik ialah seorang atau individu atau kelompok yang mendapatkan ilmu dari hasil pembelajaran baik secara formal, in formal maupun non formal. Peserta didik merupakan individu yang selalu mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam proses membentuk karakter melalui proses pendidikan. Dengan kata lain peserta didik merupakan individu maupun kelompok yang sedang mengalami proses atau fase atau tahapan perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi kognitif, psikis, maupun psikomotornya. Sebagai individu yang tengah mengalami tahapan perkembangan tertentu, tentu saja hal tersebut masih banyak memerlukan bantuan dari orang lain dalam hal ini secara formal peserta didik memerlukan guru sebagai pembimbing dalam membentuk karakter yang sebenarnya. Misalnya dalam kehidupan sehari hari peserta didik saling berinteraksi dalam lingkungan sekolah baik dengan temanya maupun dengan gurunya, lalu ketika dalam proses pembelajaran guru memberikan contoh bahwa guru tersebut menekankan pada muridnya untuk bisa saling bekerja sama dalam memecahkan masalah. Lalu peserta didik melihat seperti apa gambaran yang diberikan oleh gurunya dalam tahapan memecahkan suatu masalah, setelah peserta didik mengetahui gambaran yang telah diberikan oleh guru maka peserta didik akan mencontoh atau mempraktekan apa yang sudah guru berikan melalui gambaran yang sudah di demonstrasikan.
Berdasarkan hal tersebut secara singkat dapat dikatakan bahwa setiap peserta didik memiliki eksistensi atau kehadiran dalam sebuah lingkungan, seperti sekolah, keluarga, taman bermain bahkan lingkungan masyarakat. Dalam hal ini seorang peserta didik akan mengalami proses pembentukan karakter yang secara tidak langsung atau tanpa disadari olehnya. Lalu ketika peserta didik sudah mulai terbentuk karakternya maka hal yang baik akan muncul dimana individu yang sudah melakukan proses belajarnya akan bisa berbaur atau berinteraksi dengan lingkungan masyarakat sekitar. Dengan diakuinya keberadaan seseorang di lingkungan masyarakat maka hal yang harus dilakukan oleh seorang pendidik atau guru yaitu mengarahkan muridnya untuk dapat memilih arah yang baik agar muridnya dapat membentuk karakternya hingga mencapai hasil yang optimal sesuai dengan perkembangan kedewasaannya. 
Dalam hal ini Syamsul Nizar (2016) mendeskripsikan enam kriteris peserta didik, yaitu.
1. Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa tetapi memiliki dunianya sendiri.
2. Peserta didik memiliki periodisasi perkembangan dan pertumbuhan.
3. Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individu baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan dimana ia berada.
4. Peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani, unsur jamsani memiliki daya fisik, dan unsur rohani memiliki daya akal hati nurani dan nafsu.
5. Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat dikembangan dan berkembang secara dinamis.

Dalam pembentukan karakter muridnya, seorang guru atau tenaga pendidik harus mengetahui hal hal yang harus dipahami dalam membentuk kepribadian muridnya, hal tersebut di ungkapkan oleh Ramayulis (2006:78) sebagai berikut.
1. Kebutuhannya.
2. Dimensi-dimensinya.
3. Intelegensinya.
4. Kepribadiannya

Kebutuhan peserta didik adalah suatu kebutuhan yang memang harus didapatkan, karena untuk memaksimalkan atau mengoptimalkan proses perkembangan kepribadiaannya dalam proses pendidikan. Hal itu wajib diberikan oleh guru atau tenaga pendidik kepada muridnya. Oleh karena itu manajemen peserta didik harus benar-benar diterapkan dengan baik agar dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Namun hal itu tidak akan berjalan dengan baik jika kita sendiri belum tahu apa hakikat dari manajemen peserta didik itu sendiri.
Dalam hakikatnya atau secara alamiahnya pengertian manajemen peserta didik merupakan penggabungan dari kata manajemen dan peserta didik yang berarti mengelola peserta didik. Hal itu dapat diartikan secara luas yaitu sebagai suatu layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan dan layanan siswa di kelas dan luar kelas seperti pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah. Dalam prosesnya pengelolaan peserta didik juga memiliki fungsi dan tujuan seperti yang dinyatakan oleh Akhmad Sudjarat (2016), tujuan umum manajemen peserta didik adalah mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses belajar mengajar di sekolah, lebih lanjut, proses belajar mengajar di sekolah dapat berjalan lancar, tertib, dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan. Dalam hal ini tujuan khusus manajemen peserta didik adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor peserta didik.
2. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan), bakat dan minat peserta didik.
3. Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik.
4. Dengan terpenuhinya ketiga aspek diatas dapat diharapkan peserta didik dapat mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat belajar dengan baik dan tercapai cita-cita mereka.

Lalu Akhmad Sudrajat (2010), mengemukakan bahwa fungsi manajemen peserta didik secara umum adalah sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosialnya, segi aspirasinya, segi kebutuhannya dan segi-segi potensi peserta didik lainnya. Dan fungsi manajemen peserta didik secara khusus dirumuskan sebagai berikut.
1. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta didik, ialah agar mereka dapat mengembangkan potensi-potensi individualitasnya tanpa banyak terhambat. Potensi-potensi bawaan tersebut meliputi kemampuan umum (kecerdasan), kemampuan khusus (bakat), dan kemampuan lainnya.
2. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta didik ialah agar peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan sebayanya, dengan orang tua dan keluarganya, dengan lingkungan sosial sekolahnya dan lingkungan sosial masyarakatnya. Fungsi ini berkaitan dengan hakikat peserta didik sebagai makhluk sosial.
3. Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta didik, ialah agar peserta didik tersalur hobi, kesenangan dan minatnya. Hobi, kesenangan dan minat peserta didik demikian patut disalurkan oleh karena ia juga dapat menunjang terhadap perkembangan diri peserta didik secara keseluruhan.
4. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan peserta didik ialah agar peserta didik sejahtera dalam hidupnya. Kesejahteraan demikian sangat penting karena dengan demikian ia akan juga turut memikirkan kesejahteraan sebayanya.

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa pengelolaan yang sesuai akan memiliki impact atau dampak yang signifikan sesuai dengan proses dimana guru atau tenaga pendidik mengarahkan atau membentuk siswa atau muridnya dalam proses pembentukan kepribadian agar menjadi manusia yang seutuhnya.

Manajemen Sarana Prasarana



Sarana pendidikan merupakan alat peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dalam proses pembelajaran untuk menunjang proses pendidikan agar mencapai hasil yang optimal. Sedangkan prasarana pendidikan merupakan fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan. Dalam proses pendidikan, sarana dan prasarana tidak bisa diabaikan atau disepelekan, karena tanpa adanya kedua komponen tersebut, maka pelaksanaan pendidikan tidak akan berjalan dengan baik dan hasilnya pun tidak akan optimal. Oleh karena itu mengapa sarana dan prasarana harus dikelola dengan baik.
Menurut Baharuddin & Makin (2010:84), sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti papan tulis, spidol, penghapus, alat tulis, buku, dan media pengajaran. Sedangkan yang dimaksud dengan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya suatu proses pendidikan atau pengajaran di suatu lembaga pendidikan seperti gedung, ruang kelas, halaman, kebun sekolah, jalan menuju sekolah, dan sebagainya. Lalu menurut Arikunto dan Yuliana (2006:273) mengemukakan bahwa sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, efektif, teratur, dan efisien. Contohnya yaitu meja, kursi serta alat alat media pengajaran lainnya. Adapun yang dimaksud dengan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran. Contohnya seperti halaman, taman, kebun, jalan menuju madrasah, dll.
Dalam prosesnya, manajemen atau pengelolaan tentunya harus dikerjakan dengan baik demi mencapai hasil yang optimal. Untuk mencapai semua itu tentunya semua kegiatan yang memerlukan sarana dan prasarana harus dikelola dengan sebaik baiknya. Karena kedua komponen tersebut merupakan hal yang sangat penting , jika dari salah satu komponen tersebut ada yang tidak sesuai maka tidak akan menutup kemungkinan jika pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik dan pencapaian tujuan dalam pembelajaran kurang maksimal serta siswa tidak akan merasakan proses pembelajaran dan mendapatkan hasil yang optimal dari hasil belajarnya tersebut. Sarana pendidikan merupakan segala macam alat yang digunakan secara langsung dalam proses pendidikan untuk memaksimalkan hasil yang akan dicapai sesuai tujuan pembelajarannya. Terkait dengan hal tersebut sarana pendidikan juga memiliki fungsi dan fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi tiga bagian yang akan diterangkan sebagai berikut.
1. Alat Pelajaran
    Alat pelajaran merupakan alat-alat yang digunakan untuk atau sebagai alat pelaksanaan dalam kegiatan belajar. Misalnya kapur tulis digunakan guru dan murid untuk menulis di papan tulis, lalu pensil dan buku digunakan oleh murid untuk menulis hasil materi yang diterangkan oleh gurunya. 
2. Alat Peraga
    Alat Peraga adalah segala macam alat yang digunakan untuk mendemonstrasikan suatu objek atau materi yang susah untuk dilakukan atau yang belum pernah dilakukan sebagai pengenal suatu materi dari suatu objek berupa gerak atau diam. Misalnya ketika sedang mengikuti pelajaran biologi tentang organ tubuh guru memberikan contoh alat peraga manusia yang menjelaskan tentang sistem tubuh dan organ organ yang ada di dalam tubuh manusia.
3. Media Pendidikan
    Media pendidikan merupakan sebuah alat yang digunakan sebagai perantara dalam pemberian materi maupun pendokumentasian proses pembelajaran dan hal tersebut bertujuan untuk membantu guru dalam proses pembelajarannya. Misalnya dalam proses pembelajaran guru memberikan presentasi berupa proyek power point yang ditanyangkan di layar menggunakan projector. Hal tersebut dapat sangat membantu guru dalam menjelaskan materi untuk tujuannya dalam proses pembelajaran tersebut.

Menurut Mulyasa (2007) Manajemen sarana dan prasarana pendidika bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi pada proses pendidikan secara optimal dan berarti.  Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi, dan penghapusan serta penataan. Pada dasarnya manajemen sarana dan prasarana pendidikan memiliki tujuan sebagai berikut.
1. Menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah, sehingga menyenangkan bagi warga sekolah.
2. Tersedianya sarana prasarana yang memadai baik secara kuantitas maupun kualitas dan relevan dengan kepentingan pendidikan (Baharuddin dan Makin, 2010:83).

Hal tersebut juga dikemukakan oleh Ibrahim Bafadal (2003) menjelaskan secara rinci tentang tujuan manajemen sarana dan prasarana pendidikan sebagai berikut.
1. Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui sistem perencanaan dan pengadaan secara hati-hati dan seksama, sehingga sekolah atau madrasah memiliki sarana dan prasarana yang baik sesuai dengan kebutuhan dana yang efisien.
2. Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana sekolah itu harus secara tepat dan efisien.
3. Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan secara teliti dan tepat, sehinggga keberadaaan sarana dan prasarana tersebut akan selalu dalam keadaan siap pakai ketika akan digunakan atau diperlukan.

Ibrahim Bafadal (2003) juga menyatakan bahwa dalam mengelola sarana dan prasarana pendidikan, terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan agar tujuan bisa tercapai dengan maksilmal. Prinsip-prinsip tersebut yaitu.
1. Prinsip pencapaian tujuan, yaitu sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus selalu dalam kondisi siap pakai apabila akan didayagunakan oleh personil sekolah dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran di sekolah.
2. Prinsip efisiensi, yaitu pengadaan sarana dan prasaran di sekolah harus dilakukan melalui perencanaan yang seksama, sehingga dapat diadakan sarana dan prasarana pendidikan yang baik dengan harga yang murah. Demikian juga pemakaiannya harus dengan hati-hati sehingga mengurangi pemborosan.
3. Prinsip administratif, yaitu manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus selalu memperhatikan UU, peraturan, instruksi, dan petunjuk teknik yang diberlakukan oleh pihak yang berwenang.
4. Prinsip kejelasan tanggung jawab, yaitu manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus didelegasikan kepada personel sekolah yang mampu bertanggung jawab apabila melibatkan banyak personil sekolah dalam manajemennya, maka perlu adanya deskripsi tugas dan tanggung jawab yang jelas untuk tiap personil sekolah.
5. Pinsip kekohesian, yaitu manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus direalisasikan dalam bentuk proses kerja sekolah yang sangat kompak.

Thursday 31 March 2016

SILABUS SMP AGAMA HINDU

Silahkan download filenya dengan mengklik dokumen yang ada di bawah ini.



SILABUS SMP AGAMA KATOLIK

Silahkan download filenya dengan mengklik dokumen yang ada di bawah ini.



SILABUS SMP AGAMA BUDDHA

Silahkan download filenya dengan mengklik dokumen di bawah ini.



SILABUS SMP AGAMA KRISTEN

Silahkan download filenya dengan mengklik dokumen yang ada di bawah ini.



SILABUS SMP AGAMA KONGHUCU

Silahkan download filenya dengan mengklik dokumen yang ada di bawah ini.



SILABUS SMP PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Silahkan download filenya dengan mengklik dokumen yang ada di bawah ini.



SILABUS SMP BAHASA INDONESIA

Silahkan download filenya dengan mengklik dokumen yang ada di bawah ini.



SILABUS SMP MATEMATIKA

Silahkan download filenya dengan mengklik dokumen yang ada di bawah ini.



SILABUS SMP IPA

Silahkan download filenya dengan mengklik dokumen yang ada di bawah ini.



SILABUS SMP IPS

Silahkan download filenya dengan mengklik dokumen di bawah ini.



SILABUS SMP BAHASA INGGRIS

Silahkan download filenya dengan mengklik dokumen yang ada di bawah ini.


SILABUS SMP PRAKARYA

Silahkan download filenya dengan klik dokumen di bawah ini.


SILABUS SMP SENI BUDAYA


Silahkan download dokumen di bawah ini.


SILABUS SMP PJOK

Silahkan klik dokumen dibawah ini untuk mendownloadnya.


Wednesday 30 March 2016

TIPS UPLOAD FILE TO BLOG

Bagi agan yang belum tahu cara upload file seperti MS. Word, excel, PPT, PDF dll. Disini saya akan kasih sedikit tips sederhana tapi yakin work gan :)
Sebelumnya agan harus mempersiapkan dulu Google Drive. Fungsi dari google drive adalah menyimpan file agan ke akun pribadi agan agar dapat di upload nantinya ke blog agan. Selanjutnya agan bisa melakukan langkah langkah berikut :

Langkah pertama, agan harus upload file/doc ;
1. Agan log in dulu akun google agan atau bisa langsung log in di  https://drive.google.com/ dengan memakai akun gmail agan.
2. Klik tab yang ada di gambar berikut 



















3. Setelah di klik agan klik tab baru seperti yg ada di gambar 
4. Masukan File yang ingin agan Upload (PDF,PPT,EXCEL,Dll)
5. Setelah dipilih agan bisa klik tombol file upload, tapi biasanya setelah agan sudah pilih filenya bisa otomatis upload.
6. Tunggu proses Upload sampai selesai ( kalo kecepatan internetnya kenceng, saya yakin cuma butuh waktu singkat buat upload hehe)
7. Jika sudah terupload agan bisa klik dokumen yang akan di upload ke blog.
8. Jika sudah di klik maka akan muncul layar seperti berikut


9. Klik bagian yang sudah dilingkari, maka akan muncul link untuk share


10. Buka tab baru untuk membuka blogger agan, lalu bikin Entri pos baru.
11. DI entri tersebut agan cari HTML lalu klik ... awas bukan Compose.
12. Setelah di klik, Copy kan Code berikut

<iframe src="https://docs.google.com/viewer?srcid=(paste disini)&pid=explorer&chrome=false&embedded=true" width="500" height="500"></iframe>13. Lalu paste di kolom HTML yang ada di entri yg akan agan buat.14. Kembali ke link yg ada di google drive.ambil kode yg ada di gambar berikut


15. Setelah itu Copy code tersebut lalu paste di kolom Code di HTML agan seperti berikutsebelum : <iframe src="https://docs.google.com/viewer?srcid=(paste disini)&pid=explorer&chrome=false&embedded=true" width="500" height="500"></iframe>Sesudah : <iframe src="https://docs.google.com/viewer?srcid=0BwjWe0VQozd-cm1aYVJrQm1GUTA&pid=explorer&chrome=false&embedded=true" width="500" height="500"></iframe>17. Untuk merubah ukuran bisa agan rubah di kolom Height dan Weight sesuai yang agan inginkan16. Setelah itu publikasikan dan lihat hasilnya.
SEMOGA Referensi ini berguna buat agan sekalian. Sekian terimakasih..... 




SILABUS SMA SENI TEATER


Silahkan download SILABUS SMA Seni Teater semoga dapat bermanfaat.

SILABUS SMA SENI TARI


Silahkan download SILABUS SMA Seni Tari semoga bermanfaat.

SILABUS SMA SENI MUSIK


Silahkan download SILABUS SMA Seni Musik Semoga dapat bermanfaat.

SILABUS SMA SENI RUPA


Silahkan download silabus SMA Seni Rupa semoga bermanfaat.

SILABUS SMA SEJARAH INDONESIA


Silahkan download silabus SMA Sejarah Indonesia semoga dapat bermanfaat.

SILABUS SMA MATEMATIKA


Silahkan Download Silabus SMA MATEMATIKA semoga dapat bermanfaat.

SILABUS SMA BAHASA INGGRIS


Silahkan download silabus SMA Bahasa Inggris

SILABUS SMA PJOK


Silahkan download silabus SMA PJOK semoga dapat bermanfaat.

Tuesday 29 March 2016

Manajemen Sumber Daya Manusia

Dalam perkembangaanya, pendidikan memiliki banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses perkembangan pendididikan. Faktor tersebut salah satunya manajemen atau pengelolaan sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang tidak dapat dilepaskan dalam suatu organisasi, baik itu dalam sebuah lembaga pendidikan ataupun organisasi lainnya. Karena sumber daya manusia merupakan kunci utama dalam menentukan keberhasilan dari suatu organisasi. Pada hakikatnya, sumber daya manusia merupakan manusia yang dipekerjakan di sebuah organisasi yang memiliki tugas dan fungsi sebagai penggerak untuk mencapai tujuan dari organisasi itu sendiri.
Dalam hal ini, perkembangan pendidikan tidak memandang bahwa anggota dari suatu organisasi dalam ruang lingkup pendidikan bukanlah sumber daya belaka, melaikan lebih berupa aset bagi organisasi itu sendiri. Dalam perkembangannya sumber daya manusia sudah tidak dilihat sebagai sumber daya belaka, akan tetapi sebagai aset paling penting yang di utamakan, yang memiliki nilai dan hal tersebut dapat dilipatgandakan lalu dikembangkan serta bukan sebagai beban dalam perkembangan organisasi itu sendiri. 
Pengertian sumber daya manusia (SDM) secara mikro yaitu individu yang bekerja dan menjadi anggota dalam suatu organisasi. Lalu pengertian sumber daya manusia (SDM) secara makro adalah penduduk suatu negara yang sudah memasuki tahap siap untuk masuk dalam dunia kerja dalam suatu organisasi. Dari kedua pengertian berikut dapat disimpulkan bahwa  sumber daya manusia (SDM) merupakan individu yang bekerja sebagai penggerak dalam suatu organisasi, baik itu dalam lembaga pendidikan maupun lainnya dan berfungsi sebagai aset yang harus dijaga, dilatih, dan dikembangkan kemampuannya.
Pengertian di atas menjelaskan bahwa pengelolaan atau manajemen sumber manusia jelas penting dalam proses peningkatan perkembangan pendidikan. Karena kualitas sumber daya manusia sangat mempengaruhi keberhasilan dalam suatu organisasinya. Dalam kualitas sumber daya manusia terdapat dua aspek yang menyangkut kualitas yang ada pada sumber daya manusia itu sendiri, yaitu sebagai berikut :
1. Aspek Fisik
    Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dari aspek fisik dapat dilakukan dengan manajemen atau pengelolaan program latihan fisik, program kesehatan, dan program gizi.
2. Aspek Non Fisik
    Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dari aspek non fisik dalam dilakukan dengan upaya pendidikan (belajar) dan beberapa pelatihan yang diperlukan mengenai kognitif, karakter dan sifatnya.

Dalam perkembangannya konsep sumber daya manusia (SDM) atau bisa juga disebut Human Resource berkembang ketika diketahui dan disadari bahwa manusia itu mengandung berbagai aspek sumber daya bahkan dengan sebagai sumber energi. Karena manusia tidak hanya sebagai unsur jumlah saja, dimana manusa juga memiliki unsur unsur kualitas yang tidak hanya ditentukan oleh aspek keterampilan atau kualitas fisiknya saja akan tetapi, kualitas pendidikannya, pengalaman dan sikapnya yang dimilikinya.
Suharsimi Arikunto (1992:12) mengatakan bahwa manajemen merupakan substansi dari kata me-manage yang mengandung arti suatu tindakan yang dimulai dari penyusunan data, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, hingga dengan pada pengawasan dan penilaian yang selanjutnya menghasilkan suatu penyempurnaan serta peningkatan manajemen selanjutnya. Manajemen sumber daya manusia meliputi seluruh aktivitas pengelolaan untuk menarik dan mempertahankan pekerja dan untuk menjamin bahwa mereka bekerja pada tingkat yang terbaik dan berpartisipasi untuk kesempurnaan tujuan organisasi (Bukhori, dkk., 2005:165). Karena hal tersebut pengelola atau manajer memiliki peran penting dalam memanajemen atau mengelola sumber daya manusia (SDM) adalah kepala atau dalam istilah lain yaitu manajer yang disertai dengan adanya kerjasama yang baik dengan birokrasi dan guru dalam lingkungan pendidikan.
Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu pengelolaan yang memiliki kaitan atau hubungan dengan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian dari pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber manusia secara efektif dan fair untuk mencapai tujuan, baik tujuan individu maupun tujuan masyarakat.

Manajemen Pendidikan

Pendidikan merupakan sebuah organisasi yang didalamnya memiliki struktural baik yang sistematis ataupun non sistematis serta organisasi formal dan informal juga ada di dalamnya. Dalam perkembangannya pendidikan tidak akan lepas dari perkembangan organisasi yang ada di dalam ruang lingkupnya. Mengapa demikian ? Karena organisasi merupakan salah satu faktor dimana perkembangan pendidikan akan terlihat. Dalam organisasi pastinya memiliki manajemen dalam mengatur atau mengelolanya. Begitu pula dengan pendidikan, hal itu didasari dengan adanya keterkaitan atau hubungan yang tidak akan lepas antara anggota yang ada di dalam organisasi tersebut. Kualitas sumber daya manusia dalam organisasi yang bertujuan untuk meningkatkan perkembangan pendidikan pun tidak akan lepas dari hasil apa yang telah dikelola sebelumnya.
Kondisi tersebut akan terus mengarah hingga terlihat jelas jika suatu negara memang membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Hal tersebut memberikan tantangan bagi para kaum atau kalangan dunia pendidikan untuk lebih baik lagi dalam mengelola komponen-komponen yang ada di dalam sistem pendidikan itu sendiri. Tantangan global akan pendidikan pun menjadi bagian bagi setiap lembaga pendidikan untuk menemukan sumber daya manusia (SDM) yang mampu memberikan kontribusi kepada negara dengan menjadikan seorang pendidik yang profesional. Determinasi dari hal tersebut dapat dilihat dari hasil output peserta didik yang telah berhasil melewati jenjang pendidikan minimal yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Lalu tantangan untuk masa depan bagi kalangan dunia pendidikan yaitu menentukan atau memikirkan kesiapan kaum pendidik untuk mengimbangi persaingan dalam dunia pendidikan dengan negara lain akibat globalisasi. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai penerus generasi selanjutnya dalam meningkatkan perkembangan pendidikan harus diiringi dengan pengelolaan dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhi berjalannya proses perkembangan pendidikan, seperti pengelolaan ekonomi, administrasi dan yang lainnya.
Tantangan globalisasi dalam persaingan antar bangsa dan negara terlihat semakin nyata, dimana sistem globalisasi ini sendiri menuntut kepada sumber daya manusia (SDM) harus memiliki kualitas yang unggul, yang tidak hanya mampu bersaing di lingkungan sendiri, melainkan dalam kehidupan secara luas atau global. Kriteria sumber daya manusia yang berkualitas meliputi keunggulan dalam aspek fisik, psikis, pengasaan ilmu pengetahuan, teknologi, disiplin, tanggung jawab, jujur, berdedikasi tinggi, memiliki skill atau keterampilan tertentu, serta memiliki orientasi untuk masa depan. Dengan demikian, tantangan bagi kaum pendidik sudah terlihat jelas. Peserta didik merupakan aset negara yang harus dibentuk dengan sedemikian rupa yang sehingga pada akhirnya akan memiliki kemampuan yang dapat bersaing dengan dunia luar dan negara dapat atau lebih siap lagi untuk menerima tantangan globalisasi pada masa kini ataupun masa yang akan datang.
Dalam pengelolaannya, terdapat sangat banyak manajemen atau pengelolaan yang terlibat dalam organisasi atau lembaga pendidikan. Hal tersebut antara lain, yaitu :
1. Manajemen Manusia / Pengelolaan Manusia
2. Manajemen Sarana dan Prasarana / Pengelolaan Sarana dan Prasarana
3. Manajemen Biaya / Pengelolaan Biaya
4. Manajemen Teknologi / Pengelolaan Teknologi
5. Manajemen Informasi / Pengelolaan Informasi
6. Manajemen Sistem Birokrasi / Pengelolaan Sistem Birokrasi

Jika dilihat lebih dalam lagi, ruang lingkup manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam proses berjalannya suatu pengelolaan. Karena dalam suatu keberhasilan organisasi, didalamnya terdapat manusia yang telah mengelola organisasi tersebut sedemikian rupa sehingga organisasi tersebut dapat berhasil. Kualitas sumber daya manusia inilah yang akan menunjang organisasi dengan berbagai karya, bakat, kreatifitas, dan motivasi atau dorongan. Alasan kenapa manusia merupakan faktor yang peling penting, karena seberapa canggih, seberaba bagus kualitas teknologi, seberapa canggih sistem ekonomi, seberapa banyak sistem administrasinya jika sumber daya manusianya belum mampu untuk mengelolanya hal tersebut jelas akan sulit atau bahkan tidak akan berjalan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan utama sebelumnya.

Manajemen Sistem Birokrasi

Pada dasarnya manusia berfikir untuk memecahkan permasalahan yang muncul dari fenomena yang ada. Hal itu pun mengacu pada kemampuan manusia untuk memecahkan masalah yang ada. Keterbatasan manusia dalam melakukan sesuatu memang pasti ada. Namun, hal tersebut dapat di atasi dengan adanya pengelolaan atau manajemen dalam pembagian tugas dan tanggung jawabnya dengan adanya pembagian tugas kerja, dan tanggung jawab inilah terbentuk kerjasama dan keterikatan secara formal dalam suatu organisasi. Karena pada dasarnya manajemen atau pengelolaan itu sangatlah penting dalam proses suatu organisasi. Karena dalam suatu organisasi pasti memiliki pekerjaan yang berat yang memang harus diselesaikan tidak hanya oleh sendiri yang mengakibatkan kebutuhan atau ketergantungan kepada orang lain dalam menyelesaikan tugas pekerjaan yang ada sehingga pada penyelesaian pekerjaan tersebut mendapatkan hasil yang optimal. Pengelolaan yang baik dapat meningkatkan daya guna dan hasil potensi yang ada. Manajemen atau pengelolaan pastinya akan selalu dibutuhkan dalam setiap kerjasama dalam organisasi.
Setiap manajer atau pengelola dalam melaksanakan tugasnya, dalam mencapai tujuannya seorang manajer atau pengelola dalam suatu organisasi harus melaksanakan perencanaan pengorganisasian yang sudah direncanakan sebelumnya, lalu melakukan pengarahan kepada anggotanya, serta melakukan pengendalian untuk memastikan bahwa kinerja anggotanya yang sedang melaksanakan tugasnya berjalan dengan baik agar tercapai tujuannya dan mendapatkan hasil yang optimal. Pendidikan memiliki peran vital atau peran penting dalam sebagai pendorong individu dan masyarakat untuk meraih atau memperoleh peningkatan kualitas pada semua aspek yang ada di dalam kehidupan. Disamping itu pendidikan merupakan tolak ukur yang sangat penting bagi proses perubahan perkembangan baik secara individu maupun berkelompok. Karena hal itulah pendidikan secara langsung dan tidak langsung mensyaratkan adanya pemberdayaan untuk masyarakat dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Namun seiringnya dengan pergeseran paradigma yang awalnya memandang bahwa pendidikan hanya merupakan lembaga sosial, kini setelah munculnya tantangan dari era globalisasi maka berkembanglah pandangan tersebut yang mengisyaratkan pendidikan merupakan suatu wilayah yang memiliki potensi dalam perkembangan ekonomi suatu negara dan memerlukan sebuah perubahan pengelolaan. Dari perubahan pengelolaan pendidikan tersebutlah harus diiringi dengan tuntutan yang sesuai dengan tuntutan zaman.
G R Terry berpendapat bahwa manajemen atau pengelolaan adalah suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya. Lalu Reiguluth dan Garfinkel (1993) menjelaskan bahwa guru adalah sebagai fasilitator dan manajemen pendidikan. Peran ini mensyaratkan bahwa sistem yang berbasis sumber data dan penggunaan kekuatan alat-alat dengan kemajuan teknologi dari pada berbasis kepada guru. Dalam hal ini manajemen juga memiliki fungsi, yaitu sebagai berikut :
1. Planning (Perencanaan)
Planning atau perencanaan merupakan penetapan pekerjaan yang harus dilakukan oleh sekelompok untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Dalam hal ini planning dan perencanaan mencakup kegiatan sebagai pengambil keputusan karena hal tersebut termasuk dalam pemilihan alternatif keputusan.
2. Organizing (Pengorganisasian)
Organizing atau pengorganisasian adalah memilih dan menentukan berbagai peranan kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan.
3. Actuating (aksi)
Actuating mencakup kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan sesuai dengan unsur yang telah direncanakan dalam perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan - tujuan yang ada tersebut dapat dimengerti.
4. Motivating (Dorongan)
Motivating merupakan salah satu tugas dari seorang pengelola untuk memberikan sebuah dorongan moral untuk meningkatkan kemampuan psikis anggotannya dalam melaksanakan tugasnya.
5. Staffing (Pengelolaan SDM)
Staffing yaitu hal yang memiliki cakupan untuk melakukan perekrutan, penempatan, dan mempertahankan apa yang sudah ada dari anggota sesuai posisi yang sudah ditetapkan sebelumnya untuk organisasi yang bersangkutan.
6. Directing (Pengarahan)
Directing yaitu pengarahan atau arahan yang diberikan kepada anggota sehingga akan mengerti apa tugas yang akan mereka lakukan selanjutnya setelah mendapatkan arahan tersebut dan akan bekerja secara aktif untuk mencapai sasaran tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya dan meraih hasil optimal.
7. Controling (Pemantauan)
Melihat sejauh mana pekerjaan yang sudah dilakukan atau dilaksanakan oleh anggota agar mendapatkan materi untuk dievaluasi baik dari segi penyimpangan yang harus diperbaiki ataupun dari segi perkembangan secara positif yang harus dikembangkan lagi agar tujuan dapat tercapai dengan baik.
8. Inovating (Ide Baru)
Hal ini mencakup dalam pengembangan ide atau gagasan baru, menggabungkan pemikiran baru  dengan pemikiran yang sudah ada, serta memberikan stimulus kepada rekan kerja atau anggotanya untuk mengembangkan gagasan baru dalam pengembangannya.
9. Representing (Mengenalkan Kembali)
Tugas anggota dalam suatu organisasi untuk dapat mengenalkan kembali kepada pihak yang berkaitan untuk lebih mengenalkan tentang profil organisasinya.
10. Coordinating (Koordinasi)
Merupakan sebuah hubungan yang sesuai dengan berbagai aspek seperti waktu dan tujuan mereka sehingga dapat mengambil tindakan yang serempak menuju sasaran yang telah ditetapkan.

 Dalam fungsi manajemen yang sudah di uraikan di atas maka dalam penerapan atau implementasi manajemen atau pengelolaan pendidikan harus berorientasi pada efektivitas terhadap segala aspek pendidikan baik dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Berikut ini beberapa aspek yang menyangkut dalam manajemen atau pengelolaan administrasi pendidikan, yaitu sebagai berikut :
1. Manajemen Kurikulum
    a. Mengupayakan efektifitas perencanaan
    b. Mengupayakan efektifitas pengupayaan organisasi dan koordinasi
    c. Mengupayakan efektifitas pelaksanaan
    d. Mengupayakan efektifitas pengendalian/pengawasan

2. Manajemen Personalia
    a. Train (latih)
    b. Musyawarah Guru (MGMP)
    c. Inservice Education (Pendidikan Lanjutan)

3. Manajemen Peserta Didik
    a. Penerimaan siswa (Daya tampung siswa tiap sekolah, penggunaan seleksi)
    b. Pembinaan siswa (Pengelompokkan, kenaikan kelas, penentuan program, ekstrakurikuler)

Dari uraian di atas setidaknya kita dapat mengetahui aspek apa saja yang harus dikelola dalam proses peningkatan kualitas pendidikan.

Manajemen Teknologi dan Informasi

Dalam perkembangannya pendidikan tidak akan pernah lepas dengan teknologi serta informasi. Dalam buku Pengenalan Sistem Informasi Abdul Kadir (2016:13) menjelaskan tentang teknologi informasi,  dimana menurut kamus Oxford, teknologi informasi adalah studi atau penggunaan peralatan elektronika, terutama komputer untuk menyimpan, menganalisis, dan mendistribusikan informasi apa saja, termasuk kata-kata, bilangan, dan gambar. Dalam hal ini sistem perkembangan pendidikan jelas tidak akan lepas dari perkembangan teknologi informasi dikarenakan dalam perkembangan kurikulum dan yang lainnya yang dalam proses perkembangannya semakin menekankan pemanfaatan penggunaan teknologi informasi. Contohnya perkembangan teknologi yang jelas terlihat penggunaannya dalam dunia pendidikan di era globalisasi yaitu komputer. Komputer merupakan sebuah perangkat keras yang didalamnya memiliki jumlah yang banyak mengenai perangkat lunak yang digunakan untuk mencari informasi atau membuat data serta menyimpan data-data penting. Komputer merupakan sarana informasi dalam mencari informasi secara luas melalui internet. Dengan demikian peserta didik dapat mengeksplorasi tentang ilmu apa saja yang akan mereka dapatkan dengan menggunakan perangkat tersebut. 
Peranan teknologi informasi pada aktivitas manusia pada era globalisasi ini memang sangat besar. Teknologi telah menjadi salah satu faktor  sebagai fasilitator dalam melakukan pencarian informasi. Hal tersebut berpengaruh terhadap perubahan struktur organisasi dan manajemen atau pengelolaan organisasi dalam pendidikan. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi dapat mengganti peranan manusia dalam hal melakukan otomatisasi terhadap suatu tugas atau proses yang jika secara manual manusia yang melakukan proses tersebut akan memakan waktu yang lama. Contohnya adalah seorang mahasiswa ditugaskan untuk membuat artikel mengenai dunia pendidikan dasar, tugas tersebut harus dikumpulkan ke dosennya satu hari sesudah diberikan tugas tersebut sedangkan tempat tinggal dosen tersebut bukan di wilayah atau daerah sekitar universitasnya melainkan berbeda provinsi dan dosen tersebut tidak hanya mengajar di satu universitas saja, maka mahasiswa tersebut dalam mengerjakan tugasnya mereka menggunakan komputer dan internet sebagai sarana untuk menyelesaikan tugas yang mereka dapatkan setelah menyelesaikan tugas baru mereka mengirim tugas tersebut dalam bentuk document word yang lalu dikirimkan melewati email. Contoh tersebut menggambarkan bahwa penggunaan teknologi yang semakin maju dalam dunia pendidikan memang jelas terasa dan akan lebih efektif dan efisien jika digunakan sesuai dengan penggunaannya.
O'connor dan Galvin, dikutip Kadir(2003:16), yang menyoroti penerapan teknologi informasi untuk keperluan pemasaran, mengemukakan beberapa alasan penggunaan teknologi informasi antara lain :
1. Secara signifikan meningkatkan pilihan-pilihan yang tersedia bagi perusahaan dan memegang peranan penting dalam implementasi yang efektif terhadap setiap elemen strategi pemasaran.
2. Mempengaruhi proses pengembangan strategi pemasaran karena teknologi informasi memberikan lebih banyak informasi ke manajer melalui pemakaian sistem pengambilan keputusan (Decision Support System/DSS).
3. Teknologi informasi memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan berbagai bagian yang berbeda dalam organisasi dan menyediakan banyak infromasi ke manajer. Sebagai contoh, sitem informasi eksekutif (Executive Information System/EIS) mempengaruhi aluran infomasi secara vertical dalam perusahaan. Pihak manajemen atau memiliki akses informasi terhadap manajemen menengah. Jaringan telekomunikasi memungkinkan informasi mengali dengan mudah dan cepat di antara departemen dan divisi yang berbeda.
4. Teknologi informasi juga mempengaruhi antar muka organisasi dengan lingkungan, sperti pelanggan dan pemasok. Sistem antar organisasi yang dilengkapi dengan pertukaran data elektronik menciptakan hubungan yang lebih dekat antara organisasi dengan pemasok, memfasilitasi manajemen sediaan yang lebih efisien, dan memungkinkan pendekatan tepat waktu dalam melakukan pemesanan kembali.

Dalam penggunaannya teknologi memiliki penyimpangan dalam pencarian informasi yang disalahgunakan oleh pengguna atau individu yang memanfaatkan kecanggihan teknologi. Oleh karena itu pengelolaan teknologi informasi juga harus diperhatikan agar penyalahgunaan tersebut tidak sampai mengakibatkan dampak yang besar. Karena tantangan globalisasi mencakup semua aspek dalam perkembangan baik teknologi, informasi, pendidikan dan yang lainnya, hal tersebut jelas memungkinkan penyimpangan atau penyalahgunaan sistem teknologi informasi ke arah yang kurang positif dalam ruang lingkup dunia pendidikan. Jika sistem manajemen teknologi informasi dapat dikelola dengan baik maka dalam perkembangannya pendidikan akan berjalan dengan baik. Terlepas dari itu semua, internet sebagai sarana untuk mencari informasi yang beragam dengan kebutuhan peserta didik yang memanfaatkannya selama menempuh proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Hal ini didasarkan dengan adanya asumsi-asumsi sebagai berikut :
1. Pendidikan pada hakikatnya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh anak didik yang berakibat terjadinya perubahan pada diri pribadinya. Pribadi ini lebih menekankan pada kegiatan belajar anak didik daripada sesuatu yang diberikan kepada anak didik.
2. Pendidikan adalah proses yang berlangsung seumur hidup. Prinsip ini juga mengharuskan adanya kuntinuitas dan sinkronisasi dari pendidikan yang berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah bahwa sekolah hanya merupakan salah satu tahapan belajar dan bukan akhir dari proses pembelajaran.
3. Pendidikan dapat berlangsung kapan dan dimana saja, yaitu pada saat dan tempat yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak didik. Selama ini tradisi telah mengajarkan bahwa konsep pendidikan (formal) adalah kehadiran seseorang secara penuh di sekolah atau lembaga pendidikan lain sekitar 6 jam sehari selama 260 hari selama setahun. DI sini mengasumsikan adanya proses pembelajaran di luar kelas yang menunjang diperolehnya pengetahuan.
4. Pendidikan dapat berlangsung secara mandiri. Ini menegaskan bahwa pendidikan tidak harus berada dalam penguasaan langsung seorang guru. Prinsip ini mengandung bahwa pendidikan tidak harus berlangsung dalam kelompok pengawasasn yang terus menerus dari seseorang pada tempat tertentu, misalnya ruangan kelas.
5. Pendidikan dapat berlangsung secara efektif baik di dalam kelompok yang homogen, heterogen maupun perseorangan. Prinsip ini mengandung arti bahwa pengelompokan anak sekitar 30-40 orang atas dasar homogenitas, yang selama ini dipakai sebagai standar akan mengalami perubahan. Pengelompokan akan dapat lebih besar hingga ratusan, bahkan ribuan dalam memakai media massa dan disamping itu dapat juga secara perseorangan. Konsep ini juga mengandung arti bahwa dalam satu lokasi dan di bawah pembinaan seseorang dapat berlangsung kegiatan belajar secara berkelompok yang heterogen, baik dalam umur, tingkatm dan macam belajarnya. Jangkauan peserta didik disini juga menerapkan konsep pluralisme dan multikulturalisme yang menghalau kendala untuk mengakses pendidikan yang bersumber pada faktor gender dan primodialisme.
6. Belajar dapat diperoleh dari siapa saja dan apa saja baik yang sengaja dirancang maupun yang diambil manfaatnya. Konsep ini mengandung arti bahwa bila seseorang mempunyai kesadaran dan minat untuk belajar, dia dapat mengambil pelajaran dari siapa saja. Tidak hanya orang tua dan guru melainkan pula teman sebaya, semua masyarakat, dan anggota masyarakat lain.  Bahwa juga dapat belajar dari media audio yang didengarkan, visual yang dilihatnya, serta tatanan dan lingkungan fisik, maupun kebudayaan dimana dia hidup. (Miarso, 2004:104-105).

Dari asumsi-asumsi dasar yang telah dipaparkan di atas memberikan peluang pada dunia pendidikan untuk memanfaatkan secara maksimal teknologi informasi dan komunikasi sebagai sarana untuk belajar dalam rangka peningkatan perkembangan peserta didik dan dikelola dengan baik supaya tidak memunculkan kemungkinan penyalahgunaan yang ada di dalam teknologi tersebut.

Manajemen Biaya

Perkembangan pendidikan tidak akan lepas dari ekonomi. Tingkat perkembangan ekonomi akan sangat mempengaruhi dengan proses perkembangan pendidikan. Karena dalam perkembangannya pendidikan memerlukan biaya yang tidak sedikit. Hal itu didasari dengan penyediaan sarana prasarana yang secara jelas memerlukan biaya dan pengembangan kurikulum serta aspek lainnya yang menyangkut tentang dunia pendidikan. Dalam ruang lingkupnya pendidikan memiliki banyak organisasi yang dalam prosesnya membantu dalam perkembangan pendidikan. Dalam setiap organisasi di dalam lingkungan pendidikan pastinya memiliki pengelolaan atau manajemen yang berbeda-beda sesuai dengan misi dan karakteristik organisasi pendidikan tersebut. Penerapan peraturan dan sistem manajemen keuangan yang baku dalam organisasi pendidikan tidak dapat disangkal lagi. Permasalahan yang terjadi di dalam lembaga terkait dengan manajemen keuangan pendidikan diantara sumber dana yang terbatas, pembiayaan program yang serampangan, tidak mendukung visi, misi dan kebijakan yang sebagaimana tertulis di dalam rencana strategis lembaga pendidikan.
Istilah Pembiayaan pendidikan merupakan sebagai nilai mata uang dari seluruh sumber daya yang digunakan untuk seuatu proses atau aktivitas atau kegiatan yang diperlukan dalam rangka pengembangan pendidikan dalam menghadapi tantangan globalisasi. Pembiayaan pendidikan adalah kemampuan internal sistem pendidikan untuk mengelola dana-dana pendidikan secara efisien. Pembiayaan pendidikan tidak hanya menyangkut analisa sumber saja akantetapi menggunakan dana-dana secara efisien. Karena semakin baik pengelolaan biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan pendidikan maka akan semakin efisien juga proses atau kinerja dalam pengembangan pendidikan itu sendiri. 
Permasalahan dalam pembiayaan pendidikan tidak akan pernah habis atau selesai selama pendidikan itu masih akan terus berkembang. Dalam hal ini pelaku pengembang pendidikan perlu memikirkan bersama tentang persoalan pembiayaan pendidikan. Dilihat dari konstitusi, pemerintah bertanggung jawab mutlak membiayai anak-anak usia sekolah untuk menempuh jenjang pendidikan dasar. Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 2 menegaskan mengenai kewajiban pemerintah membiayai pendidikan dasar setiap warga negara. Hal itu tentu saja jika dilihat mengacu kepada UUD 1945 pasal 31 ayat 2, anak usia sekolah berhak mendapatkan pendidikan dasar tanpa biaya. Akan tetapi permasalah tetap akan muncul dimana salah satu contohnya dalam prosesnya anak usia sekolah yang wajib menempuh pendidikan sekolah dasar sering kali ditarik pungutan oleh pihak sekolah . UU No.20/2003 pasal 34 ayat 2 tentang sistem pendidikan nasional pun menggariskan agar pemerintah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa pemungutan biaya.
Dalam prosesnya produktivitas pendidikan sebagai hasil proses manajemen ata pengelolaan yang memiliki fungsi produksi menunjukan kinerja pendidikan khususnya kinerja sekolah tampak pada hasil keluaran manajemen atau pengelolaan dalam bentuk pelayanan maupun lulusan, karena fungsi produksi pendidikan merupakan hal yang sangan penting untuk memastikan investasi pendidikan memberti keuntungan. Hal tersebut tidak akan lepas dari sumber-sumber dari mana biaya tersebut didapatkan. Menurut Nanang Fattah (2006:24), sumber-sumber yang digunakan bagi alokasi pembiayaan pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Dana Sumber APBN
Jika kita membaca Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003, didalamnya menyebutkan  bahwa sumber pendanaan pendidikan Indonesia ditanggung oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dari alokasi dana sebesar 20% dari APBN dan APBD. 
2. Sumber dana APBD
Dana APBD dapat berasal dari tingkat 1 maupun daerah tingkat II. Biasanya dana tersebut tergantung pada kemampuan keuangan pemerintah setempat, dan daerah lain.
3. Sumber dana dari Orang Tua Murid
Sekolah memiliki badan perkumpulan bagi orang tua murid. Nama badan tersebut yang kita kenal yaitu komite sekolah. Lembaga ini sangatlah berperan, salah satunya adalah membantu sebagai penyandang dana bagi sekolah dalam membantu penyelenggaraan prongram yang ada di sekolah.
4. Dana dari Sumber Lain
Dana dari sumber lain sifatnya tidak mengikat dan lebih bersifat pastisipasif sukarela, seperti dana yang berasal dari alumni, infak dan sedekah dari para dermawan serta sumbangan dari badan-badan usaha atau sejenisnya. 

Dari ulasan di atas kita dapat mengetahui seperti apa gambaran secara luas tentang manajemen atau pengelolaan biaya dalam pendidikan.