Saturday 12 March 2016

Hakikat Manusia dan Pengembangannya melalui Pendidikan

Sejak berawal lahirnya manusia, perkembangan pendidikan manusia akan selalu mengalami perubahan baik secara fisik, psikis, maupun psikomotornya. Manusia merupakan makhluk hidup yang memiliki akal dan budi pekerti yang berpotensi untuk terus melakukan perkembangan selama masa hidupnya. Dalam perkembangannya, manusia akan menunjukan sisi dinamisnya dalam arti terjadi perubahan yang berkelanjutan pada setiap manusia baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotornya. Karena tidak akan ada yang tidak berubah, kecuali perubahan itu sendiri.
Melalui pendidikan manusia dapat memiliki nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diturunkan dari generasi ke generasi baik dalam bentuk watak dan kepribadian ataupun aspek yang lainnya. Nilai tersebut akan menjadi penuntun manusia untuk tetap dapat hidup saling berketergantungan dengan yang lainnya. Upaya pendidikan akan tercapai melalui proses pencapaian nilai-nilai kemanusiaan dengan tujuan untuk menuntun manusia ke arah yang sebenarnya agar menjadi manusia yang seutuhnya. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan bagi setiap manusia.
Pendidikan merupakan kebutuhan pokok yang menjadi hal yang tidak dapat terpisahkan pada setiap peradaban manusia seiring berkembangnya zaman. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa pendidikan sangat dibutuhkan bagi setiap individu maupun kelompok di kalangan masyarakat di setiap bangsa atau negara. Melalui pendidikan manusia akan memiliki pemikiran bahwa pendidikan itu penting bagi perkembangan peradaban walaupun dengan cara pandang yang berbeda-beda dalam penyampaiannya.
 
Dalam kepustakaan agama budha menyatakan bahwa manusia adalah makhluk samsara, merupakan wadah dari the absolute yang hidupnya penuh dengan kegelapan. Dengan kata lain manusia adalah makhluk yang dapat bereinkarnasi yang merupakan ciptaan dari yang maha kuasa yang kehidupannya masih penuh dengan kegelapan. Pendapat kaum pemikir kuno juga menyatakan bahwa manusia adalah manifestasi yang paling komplit dan paling sempurna dari Tuhan yang Maha Esa, intisari dari semua makhluk yang memiliki kecerdasan. Lalu seorang ahli filosofi yaitu Socrates menyatakan bahwa hakekat manusia terletak pada budinya yang memungkinkan untuk menentukan kebenaran dan kebaikan. Plato dan Aristoteles pun menyatakan bahwa hakikat manusia itu terletak pada pikirannya.
Dalam perkembangannya hakikat manusia mengalami banyak perkembangan tentang pendapat dari para ahli seperti yang di ungkapkan oleh Notonagoro yang mengatakan bahwa " manusia pada hakekatnya adalah makhluk mono-dualis yang merupakan kesatuan dari jiwa raga yang tak terpisahkan. Namun perbedaan pendapat pun muncul dari beberapa ahli seperti ahli psikologi yang menyatakan bahwa "hakikat manusia adalah rokhani, jiwa, dan psikhe." dan ahli teori kovergensi yaitu William Sterm berpendapat bahwa " hakekat manusia merupakan perpaduan antara jasmani dan rohani." Walaupun dalam beberapa pendapat masih ada yang saling berkaitan akan tetapi beberapa pandangan tentang hakikat manusia muncul dari pandangan dari segi agama Islam, Kristen dan Katholik yang menyatakan bahwa "hakikat manusia bukanlah jasmani dengan teori evolusi, melainkan paduan menyeluruh antara akal, emosi, dan perbuatan. Dengan hati dan akalnya manusia terus menerus mencari kebenaran yang dianugerahi status sebagai khalifah Allah. 
Pancasila memandang hakekat manusia memiliki sudut pandang yang monodualistik & monopluralistik, keselarasan, keserasian, dan keseimbangan, integralistik, kebersamaan dan kekeluargaan. Berfikir yang menjadikan manusia berbeda dengan makhluk yang lainnya. berfikir menjadikan manusia memiliki kendali atas dirinya sendiri terhadap lingkungannya. Kendari atas dirinya sendiri membentuk manusia yang memiliki pemikiran yang matang dalam melakukan tindakan untuk adaptasi dalam lingkungannya serta mencari hal baru yang ada dalam lingkungannya. Dalam prosesnya pengendalian diri dari setiap manusia itu berbeda-beda. Karena proses dan pengalaman hidup yang menjadikan bentuk pengendalian pada setiap manusia itu berbeda-beda.
Oleh karena itu dapat diketahui bahwa hakikat manusia adalah berfikir yang semestinya menjadi acuan dalam bertindak. 
Dalam hakikatnya, manusia memiliki berbagai macam kedudukan yang akan terus melekat dan berkembang secara dinamis dalam diri manusia itu sendiri. Kedudukan manusia tersebut diantara lain :

1. Manusia Sebagai Makhluk Individu
    Manusia sebagai makhlik individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, serta unsur jiwa dan raga. Seseorang dapat dikatakan sebagai makhluk individu jika unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Karena setiap manusia memiliki ciri khas masing-masing dan tidak ada manusia yang sama persis. Hal itu diperkuat dengan pernyataan dari Tirtarahardja (dalam buku Pengantar Pendidikan, Teguh Triwiyanto, 2004, hlm. 6) bahwa "setiap manusia bersifat unik berbeda setiap individu sehingga kecenderungan dan perhatian terhadap sesuatu akan berbeda. Karena adanya individualitas itu, setiap orang memiliki aspek kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat, dan daya tahan yang berbeda.
    Selain hal tersebut, terdapat juga aspek individual, antara lain :
    1) Kematangan intelektual
    2) Kemampuan berbahasa
    3) Latar belakang pengalaman
    4) Cara atau gaya dalam mempelajari sesuatu
    5) Minat dan bakat
    6) Kepribadian

2. Manusia Sebagai Makhluk Sosial
   Manusia sebagai makhluk sosial atau makhluk yang bermasyarakat yang selalu hidup bersama dengan yang lainnya. Tanpa bantuan dari orang lain, manusia tidak mungkin bisa hidup sebagaimana mestinya. Mengapa demikian ? berikut alasanya :
     1) Manusia tunduk pada aturan norma sosial
     2) Manusia membutuhkan penilaian dari orang lain
     3) Manusia membutuhkan interaksi antar sesama
     4) Potensi manusia akan dapat berkembang ketika tumbuh disekitar manusia di lingkungannya

3. Manusia Sebagai Makhluk Susila atau Bermoral
   Koetjaraningrat (dalam buku Pengantar Pendidikan, Teguh Triwiyanto, 2004, hlm. 6) menyebutkan bahwa pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyaraat. Pranata sosial ini melembaga di masyarakat yang di dalamnya berisi himpunan norma-norma segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat (Soekanto, 2002: 298).
    Selanjutnya Soekanto (dalam buku Pengantar Pendidikan, Teguh Triwiyanto, 2004, hlm.11) menjelaskan bahwa "lembaga kemasyarakatan yang bertujuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
        1) Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-maslah dalam masyarakat terutama yang menyangkut keburuhan-kebutuhan.
           2) Menjaga keutuhan masyarakat.
       3) Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (social control). Artinya, sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.

4. Manusia Sebagai Makhluk yang Religius
    Manusia sebagai makhluk religius menegaskan bahwa keberadaan manusia bukan sekedar bentuk yang bisa kita lihat. Manusia bukanlah sekedar raga, melainkan makhluk spiritual multidimensional yang bisa mengalami pengalaman fisik. Jenkins (dalam buku Pengantar Pendidikan, Teguh Triwiyanto, 2004, hlm. 13) mengingatkan bahwa "ada hukum spiritual dan mental yang berlaku di dunia ini dan bahwa melalui hal tersebut

0 comments: